Minggu, 27 Desember 2015

“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENCERAH MANUSIA”


“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENCERAH MANUSIA”


“Kuswadin”

1.   Arti Bahasa (Etimologis)

       Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhamadiyah”, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan “ya” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad saw.” atau “pengikut Muhammad saw.”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan pesuroh Allah yang terakhir.
2.   Arti Istilah (Terminologi)
          Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.





B.       Maksud dan Tujuan didirikan Muhammadiyah
          Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.
          Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut:
1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw. Kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Hingga tahun 2000, terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan Muhamadiyah. Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli 2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

  Amal Usaha Muhammadiyah
          Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah, seperti:
1. Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.

2. Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca Barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad saw. yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seorang wali atau nabi, sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut “khaul”, atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengerohkan tauhid.
3. Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bid’ah. Begitu juga ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap makhluk Allah. Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasa pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid’ah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.




Ø  Perkembangan Muhammadiyah
1.    Perkembanngan secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammadiyah dalam mengikis adat-istiadat yang mendarah daging di kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari masyarakat.
2. Perkembangan secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan.
Perkembangan Muhamadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti terbentukanya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini banyak telah bayak memberi manfaat bagi jamaah dengan usaha-usahanya yang telah dilakukan yaitu:
• Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah diberikan Rasulullah saw.
• Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan perhitungan “hisab” atau “astronomi” sesuai dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
• Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga meluruskan arah kiblat yang ada pada masjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan arah yang benar menurut perhitungan garis lintang.
• Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.
• Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga berencana.
• Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk peran dari kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
• Tersusunnya rumusan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”, yaitu suatu rumusan pokok-pokok agama Islam secara sederhana, tetapi menyeluruh.
Dalam bidang pendidikan, usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:
• mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu keagamaan, dan
• mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum.
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama.
Dalam bidang kemasyarakatan, usaha-usaha yang telah dilakukan Muhammadiyah meliputi:
• Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan, membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya.
• Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri untuk menyantuni mereka.
• Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku yang banyak memublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-buku yang sangat membantu penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu, dan kebudayaan Islam.
• Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang tidak lagi bisa bekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.
• Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang tuntunan Ilahi.
Dalam bidang politik, usaha-usaha Muhammadiyah meliputi:
• Menentang pemerintah Hindia Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah kurban.
• Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang tentu saja beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah berjuang ke arah cita-cita itu.
• Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk menjadi pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya.
• Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat Islam Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam tablig-tablighnya, dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya.
• Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia diperintahkan untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang. Muhammadiyah pun diperintah untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk sebagai tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-tiap pagi sesaat matahari sedang terbit. Muhammadiyah menolak perintah itu.
• Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan Islam Internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar Masjid se-Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di dalamnya.
• Pada saat partai politik yang bisa menyalurkan cita-cita perjuangan Muhammadiyah tidak ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah Islam yang sekaligus mempunyai fungsi politik riil. Pada saat itu, tahun 1966/1967, Muhammadiyah dikenal sebagai ormaspol, yaitu organisasi kemasyarakatan yang juga berfungsi sebagai partai politik.
Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah, dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pemimpin persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan. Selain majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah organisasi induk, dengan masih tetap memiliki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam persyarikatan Muhammadiyah, organisasi otonom Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban- mengemban fungsi sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
  Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)
1. Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allahdi muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad saw., sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Alquran: kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
b. Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Alquran yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk teraksananya ajaran-ajaran Islam yang meliuti bidang-bidang:
a.Akidah
b. Akhlah
c. Ibadah
d. Muamalah Duniawiyah


Penjelsannya sebagai berikut:
A. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
B. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
C. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
D. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridhai Allah SWT. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

CMuhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai hasil kongkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur’an karim, faktor inilah yang sebenarnya yang menjadi faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai factor penunjang atau factor pemicu semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an khususnya ketika menalaah surat-surat Al-Imran.
Surah Al-Imran ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”(Qs.3.104)
Surah Al-Imran ayat 105

(  عَظِيمٌعَذَاب لَهُمْ وَأُولَئِكَ الْبَيِّنَاتُجَاءَهُمُ مَا بَعْدِ مِنْ وَاخْتَلَفُوا تَفَرَّقُواكَالَّذِينَ تَكُونُواوَلا  )
Artinya: Dan janganlah kamu menyerupai orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(QS. 3:105)
Surah Al-Imran ayat 106 yang artinya:
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam-muram mukanya (kepada mereka dikatakan):` Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”.(QS. 3:106)

Maka akhirnya melahirkan amalan kongkrit yaitu lahirnya persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotifasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang rill dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan tak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

Rabu, 02 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PEMBUATAN LARUTAN

     LAPORAN  praktikum KIMIA  ORGANIK
          PEMBUATAN LARUTAN




DI SUSUN
  OLEH :
                         

                       
                               NAMA : KUSWADIN
               NIM : 31312A0049
                JURUSA TEKNIK PERTNIAN

      FAKULTAS PERTANIAN
      UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
           2015







KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas kehendak-Nya lah saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah perbengkelan pertanian dan juga untuk menambah wawasan penulis sendiri.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , baik dari segi isi , teori , dan sistematika penulisannya . Maka dari itu karena belum luasnya wawasan penulis, dan penulis sangat terbantu apabila pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah  ini dari segi manapun .
Akhir kata penulis berharap semoga makalah  ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik untuk hari ini dan untuk masa yang akan datang . Amin.

                                                                                                                                                                                                                                                                                  Mataram,26, September, 2015
           
                                                                                             K u s w a d I n








BAB I
 PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting. Karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi dengan baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Contohnya dalam pembuatan larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang lebih rendah. Maka larutan H2SO4 pekat dilarutkan dengan H2O sehingga larutan H2SO4 menjadi lebih encer.
Dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana kita membuat larutan dengan konsentrasi sesuai yang diperluakan.
1.2.   Tujuan Percobaan
           Mengetahui cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu;
           Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat cair;
           Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat padat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

B.            Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan  suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adlah air, maka larutan disebut larutan berair.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarutpadatemperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan  zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperature tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut,  temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen. Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut.
Contoh larutan biner
Zat terlarut
Pelarut
Contoh
Gas
Gas
Udara, semua campuran gas
Gas
Cair
Karbondioksida dalam air
Gas
Padat
Hydrogen dalam platina
Cair
Cair
Alcohol dalam air
Cair
Padat
Raksa dalam tembaga
Padat
Padat
Perak dalam platina
Padat
Cair
Garam dalam air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).
2.2.   Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Satuan konsentrasi
Lambang
Nama
Definisi
Satuan Fisika
% w/w
Persen berat
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifhVjGmsUx3xdY6ceDBi-WMXB1510MtEu9fZZ8QPBO1Y-lZd6MiCg3eivUIxHJGMspPD9XuhTabPSuoVm9kWvqrZbQLf59Rz6IuEPvty7HbTuOAf0xf72W9j1ws5jN7L-xXqYQ5PAC9Jc/s1600/persenberat.png
% v/v
Persen volume
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0KuE1A-BVX7_I77Qgp4PZN_4FAVvB_gNHfRCTMaVg2f_VYysahdggrMARFNCs2L3xpiwxVl97e75w-z9dT90AP3uMiXPEFeEAjidEyH6RmTzyU_D3RaHyUAWh37GQvvg2cxgiSHY9Dps/s1600/persenvolume.png
% w/v
Persen berat volume
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmGfaK8nyb2m1id_NQ_RcCgR18zn-E2TJoSVKlv5Dg3OeZlmC-AOVMP-PRqpjCatmFL1r8d0bYOsqZvtR6bAVgBmK7apnWIMfdpenNdZrdJyZLkHzbNOd-Te3C7J51pk9TfbQOEPemjrQ/s1600/persenberatvolume.png
ppm
Parts per million
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi48uFhyphenhyphenANjjgLasLTTwXHcQNxERnFqp01t2lYjGSQJ4J75laBlNEIkZpWsPHd2ky5otLLYjGFhV_9ndWV7PSLaj0wlus6A4Ei2674wXyzTizppUcBx1qaMe73a5dZ6aTuLPlaiAfCEW5I/s1600/ppm.png
ppb
Parts per billion
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCT_ZMHhgTnm8150lf7bNEwtFiy_6duC__7xPudAnsP1hK8LO6ylH1JKdLzPOId64KsJ6DIjtE06g71px0kHyv1bCpFgpSAWcKfeujStHvgUhChXtVlLGl3P21wFcQGT3VsyKgi0-h-KQ/s1600/ppb.png
Satuan kimia
X
Fraksi mol
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgija6m3_L-kb9GQax7W3WClpXANkQhyphenhyphen-3hO_qAHyVd9J09wC8lXzvPiZJyxWUTZ2nMEMkmLejmtp2If6M8MUfKJew5-V66G_vfSvog1GC7hXv8Ann4tLXi5kMMnZjJROTlKmZI74b-bYo/s1600/fraksimol.png
F
Formal
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFToGfXEThHR-90BQAgi9o5-MxTzFsOczplhW276tpwKP6SeeCuF4DBHQE6SNPbgWiYFZcvsLHWUJ-HdmQnQ-y6UYNxJ6L_gj5Ei94fyyhQ_8X12UisrMLeSi9oFEO72NvbdF5esUbV28/s1600/Formal.png
m
Molal
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwZMWyC1uBH3_C_LAREw-RbcpBkXcq8SCxHbLoGAlbHR-0H2hN1ugvN0mHCOMGlNYXQUH7d_fg8nabAvAl_PN4fW2xmVIV_EAPJCiVvehl9W9ZeVcrYrtnPwncjvpZUMPMCh2LFrfDwtk/s1600/molal.png
N
Normal
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4Zu3MeEwpl6udRKJiFon2HoqWqhjEA3KfCIMmEvGWNuuSZ56izTo7BtWr4PIrekQY_h1_QRRZjNRPv8e13ks8SPF7IPD9KL4ohg4K2BDef_sSEfAi0gTQUwAKTrlzMSCFbqRoZQMMfBw/s1600/normal.png
m Eq
Mili ekuivalen
Seper seribu mol larutan
Osm
Osmolar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3ISpDHBtLl8FjCaasFfArojZNGP3Qe8A_hvfKe5nwqJ47NWLJyoncRbfEi4WEa_APD-yy817ZaOUVT-xIN2EcNStWk91mjFUS3w3u9SIJ0b2XO_mgEpkahJ3QX0LS7cIFLO-4CO1OnKw/s1600/osmolar.png
M
Molar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9FfF5pUL9ZjDAyN42C10oQvHVvOkPyyS-BJcPK0pHASiVQJ3IJrM_r8PR_9pysTBXND839r2cu1xXJ-qBlPWuHtpd15UBDrE_jxw_aauVkhFddmhrK6pg7wdlnPtogky3-s3Zhaxef7A/s1600/molar.png

(hiskia Achmad, 2001)
1.      Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam  larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah ¼ dan air ¾ (syukri, 1999).
Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama dengan 1 (Hoskia Achmad, 2007).
2.      Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi satu liter.
3.      Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air.
4.      Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.  Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.
5.      Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume. Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan. Sedangkan 12% volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml (syukri, 1999).

2.3.   Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
2.4.   Koloid
Koloid adalah campuran heterogen antara dua dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat berukuran koloid (1-100 nm) tersebar merata dalam zat lain.
2.5.   Ciri-ciri larutan, suspensi dan koloid
2.5.1.      Larutan (dispersi molekul)
-             1 fase
-             Jernih
-             Homogen
-             Diameter partikel : < 1 nm
-             Tidak dapat disaring
-             Tidak memisah jika didiamkan
2.5.2.      Suspensi (dispersi kasar)
-          2 fase
-          Keruh
-          Heterogen
-          Diameter partikel : > 100 nm
-          Dapat disaring dengan kertas saring
-          Memisah jika dididamkan
2.5.3.      Koloid (dispersi koloid)
-             2 fase
-             Keruh
-             Antara homogen dan heterogen
-             Diameter partikel : 1 nm < d > 100 nm
-             Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa melainkan penyaring ultra
-             Tidak memisah jika didiamkan

     BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

C.           Alat dan Bahan
 Alat-alat
-          Neraca analitik
-          Labu takar 250 ml
-          Gelas kimia 100 ml
-          Labu takar 100ml
-          Batang pengaduk
-          Pipet tetes
-          Corong kaca
-          Gelas ukur
-          Botol kratingdaeng
3.1.2.      Bahan-bahan
-          H2SO4 1 M
-          BaCl2 (padatan)
-          Akuades
-          Alumunium foil
3.2.   Prosedur percobaan
3.2.1.      Pengenceran
Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
-          Dihitung volume H2SO4 1 M yang dibutuhkan untuk membuat larutan H2SO4 0,5 M
-          Diambil H2SO4 sesuai perhitungan
-          Dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml
-          Dikocok

3.2.2.      Pelarutan
Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M
-          Dihitung gr BaCl2 yang diperlukan untuk membuat larutan BaCl2 0,1 M
-          Ditimbang BaCl2 sesuai dengan perhitungan menggunakan alumunium foil dengan menggunakan alat ukur neraca analitik
-          Dimasukkan BaCl2 yang telah ditimbang kedalam gelas kimia 100 ml dan kemudia ditambahkan akuades secukupnya kemudian diaduk hingga BaCl2 larut
-          BaCl2 yang telah larut dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, kemudian ditambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 250 ml


















        BAB IV
          PEMBAHASAN

4.1.   Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Pengamatan
1
Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
Dihitung volume H2SO4 0,1 M
Diambil H2SO4
Dilarutkan dengan akuades dalam labutakar 100 ml
Dikocok

V = 50 ml

Larutan H2SO4 menjadi 0,5 M
Larutan bening
Larutan homogen
2
Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M
Dihitung gram BaCl2
Dimasukkan BaCl2 ke dalam gelas kimia 100 ml
Ditambahkan akuades secukupnya
Diaduk
Dimasukkan BaCl2 yang telah larut ke dalam labu takar 250 ml
Dikocok

gr = 5,2 gram


BaCl2 menjadi larut
Larutan BaCl2 menjadi 0,1 M
Larutan bening
Larutan homogen

4.2.   Reaksi
1.      NaCl(s) + H2O(l)  Na+ + Cl- +H2O
2.      H2SO4 + H2 HSO4- + H+ + H2O
HSO4- +H2 SO42- + H+ + H2O
3.      BaCl2(s) + H2O(l)  Ba2+ + 2Cl- + H2O
4.      NaOH(s) + H2O(l)  Na+ + OH- + H2O
4.3.   Perhitungan
4.3.1.      Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
M1 = 1 M
M2 = 0,5 M
V2 = 100 ml
V1 = …..?
             https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFPyEZlY9Gw-LCfLnikSepyFC5whlRrYJa1xYA5qX3wDbpiDC-pbdfgLXO-Etv7Gx_N-cljn7PooHyaUpqb2hDq1WE8L4YPerqg_MEwbV_SQVpco9YUl_P3tDQLuR1VKgODWvjoZJGp8A/s1600/perhitungan+1.png

4.3.2.      Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M
M = 0,1 M
V = 250 ml
gr BaCl2 = ….?
              https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNU_WQJZlP3BqQbCr8XZNV8GQKuGqHE93D3V8Qul01elx2V1Q9utL6mJpK0b4X5OYTPyBCr2vjwJTf0porNCuPuCdxYrM9vB4-z_yJFiLlGQwGQ1fvAdDe-jPFeL-wNzeHi2oxZr8sDQc/s1600/perhitungan+2.png


4.4.Pembahasan
Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah pembuatan larutan. Percobaan pertama adalah pembuatan dengan berdasarkan konsentrasi tertentu dari campuran zat cair dengan zat cair, dimana digunakan H2SO4 sebagai zat terlarut dan akuades sebagai pelarut. Dan percobaan kedua adalah pembuatan larutan dari campuran zat padat dari zat cair, dimana zat padat yang digunakan adalah BaCl2 juga sebagai zat terlarut dan zat cair sekaligus pelarut adalah akuades. Yang dimaksud dengan campuran adalah komponen yang tersusun dari dua zat atau lebih yang berada dalam satu wadah. Campuran sendiri dibagi menjadi dua yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang pembatas antara zat pembentuknya tidak tampak dan partikel-partikel zat pembentuknya tersebar merata ke seluruh bagian. Sedangkan campuran heterogen adalah campuran dari beberapa zat yang tidak dapat bercampur secara sempurna dan masih dapat dilihat sifat-sifat zat pembentuknya. Campuran juga dibagi menjadi larutan, suspensi dan koloid. Larutan adalah campuran homogen antara pelarut dan zat terlarut, dimana zat terlarut disebut fasa terdispersi dan pelarut disebut fase pendispersi. Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Dan koloid adalah campuran heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel berukuran koloid (1 – 100 nm) tersebar merata dalam zat lain. Perbedaan antara larutan, suspensi dan koloid adalah ketampakkan partikel zat terkarut. Dimana pada larutan partikel zat terlarut tidak tampak, pada suspensi tampak dan pada koloid tampak apabila menggunakan mikroskop ultra dan tidak tampak apabila dari kasat mata.
Untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan, dapat digunakan berbagai cara:
1.         Fraksi mol : Perbandingan antara jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi11qvPqBBCnq8TvWh8cFIR0HetLPa5tE7o0PuFdwHzz3NPeAjrWnzRgXfrMDpr-haEW_8DTvZVG5TsqSuW8g_Qnq9vBM5M0Q49XV4N1rS6jBZA0dfoxSeyLkgyn8mf5axZPwKCt1ubzsI/s1600/fraksi+mol.png
2.         Molaritas : jumlah mol zat terlarut perliter larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh54xodjrqfWNsHEzpV2XrvDf_FC0bry-InBW2ujz9RU4w3mmf44pJsu6S3w01LgnENShggQ6WzrT8N7Fn6V9EziTnvyLdK_AHSscQ0sY3tYuXUHW3XQKztsUwPo8I7addXeCeTHoslk-A/s1600/molaritas.png
3.         Molalitas : jumlah mol zat terlarut per sati kilogram pelarut
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpBmHbkAkH7o8l2yIG82sv8Ux9fDIxfWqZlb16KqVIy3ekOu4yx_tgOWKw8y7VDWIhm_KMa5qDCFhE7r5Jg2cubw7CCmeE5WcTWVV5ytanVkZh4WZWrwq96MsI6XPAEmZsQJwbneUrd60/s1600/molalitas.png
4.         Normalitas : Jumlah gram ekuifalen solute per liter larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy_e5VbID2VYNNzko15f5pNINspnniy8H6LFAMbQlgu8O1IkdQL86gow1_yATUSnewCTAZaX0JumXzCsRQ2odMhXSZ0VKtl7oi9N0wP0LL9N-eUEq3JB3LVMTOOhj0hyEP5Cce_PPt3zw/s1600/normalitas.png
5.         Persen berat : Jumlah massa zat terlarut dibagi jumlah larutan dikali 100%
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG7VIPI2K6pz6d1jjpe4Y-b2TpjXQR4uyH4lJHPoDF9smADb0jYWxJcmyTGqi8Ir7gOlGTpltkAHnG9_e5ttF49pWFEhxPdGB3zehF1yXyAwyTMmZMwH85-6uv1P1d6GlLCEmiy8fqtq8/s1600/persenberat.png
6.         Persen volume : persen dari volume zat terlarut dalam dalam suatu volume larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1JaoXH7qwJwMiAUwwS08ItSN_BDN2ysknPGnJpQfMVhgd9Ix04LI9LWGbxfmydJMsEO0_tu8XQXpUnlhTuoj7LP-N9AaBhybGGdAV5Q-siGaastm8QzVwnFgGZ-qvOecWyzRtrMusMW4/s1600/persenvolume.png
7.         Persen berat volume : menyatakan massa zat terlarut dalam suatu volume larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVX7OeZay-kW5XBwvl8lgv20VKpUbDeW_GB71DAwbTrF_b3ChL23Z6SsZ40Ux96hwEGdBgnX-yyGde_s_KQRBUMaOwIjkkAnnHX1WeLEUDScz1YM-j0SroC0u2_hJ17v0OBiPk1AmsANk/s1600/persenberatvolume.png
8.         Part per million : menyatakan satu milligram zat terlarut dalam satu liter larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG43bWuaWyrxLGrKSNC0AzmLwPuGjMVRZWhmcGTM_Gx1Ei-w6Vpcufi7e_0FIY2mDFWtHmruVSg032jluDxw9v-Jpng9rVDmn10b3QTI1LcomYbnOoFNCFeJk9wkfccDJARkV1Lr0L0vY/s1600/ppm.png
9.         Part per billion : menyatakan satu microgram zat terlarut dalam satu liter larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA-6AYEi4I9mMbUpGQIWQtjSenWzWingbDs61o0cJYb3_CUzdYWmH5BWJ5k_7Lq-Wo49MxFLlolvbklgsRswbdvkynU82XWG6lgT4E2WbzAPYYvjLU13tWRXO0dUNXZDcPZuVSjMVHJZk/s1600/ppb.png

Pada percobaan pertama dilakukan pengenceran larutan. Pengenceran merupakan perlakuan untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah dari yang sebelumnya. Percobaan ini menggunakan H2SO4 sebagai larutan yang akan diencerkan sekaligus merupakan zat terlarut dan menggunakan akuades sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan H2SO4 0,5 M sebanyak 100 ml dari H2SO4 1 M. berdasarkan perhitungan volume H2SO4 yang dibutuhkan adalah 50 ml. Kemudian 50 ml H2SO4 dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditambahkan akuades hingga larutan menjadi 100 ml. Fungsi penambahan akuades adalah untuk menurunkan konsentrasi dari H2SO4. Setelah ditambahkan, labu takar dikocok agar larutan menjadi homogen dan didapatkan larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 100 ml. Faktor kesalahan dari praktikum ini adalah ketika pengukuran volume larutan tidak pas pada meniskus bawah.
Pada percobaan kedua adalah dilakukan pelarutan zat padat pada zat cair untuk mendapatkan konsentrasi larutan dengan nilai tertentu. Pada percobaan ini menggunakan padatan BaCl2 sebagai zat yang akan dilarutkan. Dan menggunakan akuades sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan larutan BaCl2 0,1 M 250 ml. Berdasarkan perhitungan, massa BaCl2 yang dibutuhkan adalah 5,2 gr. Kemudian BaCl2 ditimbang menggunakan neraca analitik. Pada saat penimbangan tidak digunakan gelas kimia sebagai wadah, melainkan alumunium foil. Hal ini dilakukan karna Gekas kimia terlalu berat, sedangkan alumunium foil lebih ringan sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih akurat. Setelah ditimbang, BaCl2 yang masih berupa padatan dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan akuades secukupnya lalu diaduk agar BaCl2 dapat larut dalam akuades. Kemudian BaCl2yang sudah larutdimasukkan kedalam labu takar 250 ml dan ditambahkan akuades hingga larutan menjadi 250 ml, kemudian diaduk agar larutan menjadi homogen dan didapatkan larutan BaCl2 0,1 M sebanyak 250 ml. Faktor kesalahan pada peercobaan ini adalah pengukuran menggunakan neraca analitik yang kurang tepat dan pengukuran volume larutan yang kurang pas pada meniscus bawah.

  

BAB  v
       PENUTUP
5.1.   Kesimpulan

-          Untuk membuat larutan dengan zat cair digunakan metode pengenceran. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan larutan dengan kond=sentrasi yang lebih rendah. Contohnya pada percobaan ini adalah pada larutan H2SO4 1 M dibuat menjadi 0,5 M dengan penambahan H2O
-          Untuk membuat larutan dari zat padat dilakukan dengan cara menimbang zat sesuai yang drperlukan kemudian dilarukan dengan H2O hingga homogen kemudian ditambahkan H2O sehingga konsentrasinya sesuai yang diperlukan.
5.2.   Saran
Ketika proses praktikum berjalan di harapkan untuk teman-teman mahasiswa focus terhadap apa yg kita pelajari hari ini.












DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat : Banjar Baru
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya