MAKALAH
PERBENGKELAN PERTANIAN
TENTANG
:
LAS BUSUR LISTRIK
DISUSUN OLEH
NAMA : KUSWADIN
NIM
: 31312A0049
JURUSAN : TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas kehendak-Nya lah saya bisa
menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya
Adapun maksud dan tujuan
penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
perbengkelan pertanian dan juga untuk menambah
wawasan penulis sendiri.
Dalam pembuatan dan
penyusunan makalah
ini tentu saja penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,
baik dari segi isi , teori , dan sistematika penulisannya . Maka dari itu
karena belum luasnya wawasan penulis, dan penulis sangat terbantu apabila pembaca memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini dari segi manapun .
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik untuk
hari ini dan untuk masa yang akan datang . Amin.
Mataram,22,
September, 2015
K u s w a d I n
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ..!
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ..!!
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. ..1
A. Latar Belakang.......................................................................................................... ..1
B. Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………….3
a.Pembentukan busur listrik proses
penyulutan………………………………………...4
d. memadamkan
busur listrik…………………………………………………………..4
c. Alat dan Bahan………………………………………………………………………..5
d. Cara Kerja……………………………………………………………………………6
e. persiapan……………………………………………………………………………..6
f. pelaksanaan…………………………………………………………………………..7
g. kesehatan dan keselamatan kerja ………………………………………………….
BAB IV
PENUTUP.........................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAUAN
A.
Latar Belakang
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam
dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam
yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan
mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair
pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam
yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat
mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang
dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang
cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus
listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan
type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda.
Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan
benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar
timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan
suhu dapat mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis elektroda logam,
yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda
polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak.
Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan
dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu
melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan.
Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
berbagai pengelasan komersil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Las busur listrik adalah salah satu
cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik
yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada
bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam
yang akandisambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup
besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik
yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan
mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi
oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja
dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan
diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian
dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi
energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos,
elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan
polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan
lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah
terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan
komersil.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembentukan busur listrik dan proses penyulutan
1. Pembentukan
Busur Listrik
Pada pembentukan busur listrik
elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan
tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif mengalir partikel
positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara
anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus
listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai
arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya
dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari
benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada
lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek
(garis tengah elektroda).
1. kawat
inti
2. selubung
elektroda
3. busur
listrik
4. pemindahan
logam
5. gas
pelindung
6. terak
7. kampuh
las
Dengan penyentuhan singkat elektroda
logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat
didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi
mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus
celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi
akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.Didalam rentetan
yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan
membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas
hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang
terus menerus menetes.
2. Proses
penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda
didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat
kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
3. MenyalaKan
busur listrik
Penyalaan busur listrik dapat di
lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang
akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut
dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini :
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Jika
busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk
besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke
sisi logam induk.
b. Perbesar
jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan
logam induk.
c. Kalau
logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis
tengah penampang tadi.
4. Memadamkan
busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap
mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik
sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi
lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring. Pemadaman busur sebaiknya tidak
dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit seperti pada
gambar di bawah ini :
B.
Alat dan Bahan
Ø Mesin las listrik
Ø Palu las
Ø Tang
Ø Tang penjepit
Ø Elektroda
Ø Kacamata las listrik
Ø Mistar baja
Ø Penyiku
Ø Stopwatch
Ø Sarung tangan
Ø Sikat besi
C. Cara
Kerja
1. Persiapan
Ø Sebelum pekerjaan
dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua peralatan bantunya.
Ø Memakai alat-alat pelindung yang
sudah disediakan yaitu kacamata las listrik
Ø Menyiapkan benda kerja dan
elektrodanya.
Ø Memasang elektroda pada penjepitnya
dan memasang penjepit benda kerja pada benda kerja (bisa pada meja kerjanya).
Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari penjepit elektroda
jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya.
Ø Mengatur besarnya arus dengan
memutar handel pada mesin las, dengan memperhatikan besarnya diameter
elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah ada.
2. Pelaksanaan
v Latihan menyalakan busur listrik dan
membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur (jarak antara ujung
elektroda ke benda kerja).
v Bila panjang busur tepat (kurang
lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan yang tepat maka akan
menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledak-ledak) dengan
lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena
cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya rigi-rigi las yang halus
dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan mengkilat.
v Bila busur terlalu panjang, maka
timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikan-percikan kecil) dari cairan
elektroda. Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal
(melebar), dan percikan teraknya kasar.
v Bila busur terlalu pendek, akan
sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam cair yang menyambung
elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan singkat dan busur akan
mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja.
2) Posisi
Elektroda
Pada pengelasan dengan elektroda
terbungkus yang biasanya dengan mesin las konvensional maka posisi elektroda
terhadap benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang paling baik
hasilnya adalah yang sebagai berikut :
·
Posisi elektroda bersudut 70° -80° dengan arah memanjang las
dan bersudut 90° arah melintang las.
·
Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah
kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil.
·
Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu
sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara kontinyu pula.
3) Gerakan
Elektroda. Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu
:
ü Gerakan arah turun sepanjang sumbu
elektroda.
ü Gerakan arah turun sepanjang sumbu
elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur)
agar tetap, hal tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus
menerus sehingga mengalami pemendekan.
ü Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk
mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
4) Pengaruh
kecepatan elektroda.
Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga
menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus.
o
Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan
jalur yang lebar, kasar dan kuat tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las
(pada logam induknya).
o
Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya
dangkal karena kurangnya waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk
cairan elektroda menembus bahan dasar.
o
Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan
dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja
a)
Arus Listrik
Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu
takut tetapi jangan sembrono. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian :
b) Nyala Busur Listrik
Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang
cukup besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada bagian
yang terkena busur listrik.
Yang perlu diperhatikan adalah :
§ Busur listrik akan disertai
percikan-percikan api yang dapat melukai kulit.
§ Busur listrik akan juga mengeluarkan
sinar ultraviolet dan infra merah dengan intensitas yang cukup tinggi. Kedua sinar tersebut sangat
membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika lama-lama terkena langsung.
Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah mata akan pedih dan akan
mengeluarkan air mata, jika lebih lanjut mata akan rusak bahkan akan terjadi
iritasi dan kebutaan. Dengan demikian memakai pelindung mata adalah keharusan.
§ Gas atau Asap Pengelasan : Pada pengelasan dengan elektroda
terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas yang cukup banyak. Asap tersebut
berfungsi untuk melindungi logam cair terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas
atau asap tersebut jika dihirup dalam waktu yang panjang akan merusak kesehatan
bahkan dapat meracuni darah. Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas
tersebut untuk mengusir gas tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan
blower.
\
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Ø Untuk dapat mengelas dengan hasil
lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka waktu yang tidak singkat.
Ø Dalam mengelas kecepatan menggeser
elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya
dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk
cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan menghasilkan
alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi
las (pada logam induknya). Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan
stabil.
Ø Bila elektroda baru dipasang (masih
panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda tidak stabil saat digunakan untuk
mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah
dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
Ø Jarak ujung elektroda ke benda kerja
juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel
pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk
dan jika sangat jauh elektroda akan mati.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=MAKALAH+LAS+BUSUR+LISTRIK

Tidak ada komentar:
Posting Komentar